AKADEMISI INSTAN - Aris Ceme Nuwa
Headlines News :
Home » » AKADEMISI INSTAN

AKADEMISI INSTAN

Written By ariscemenuwa on Jumat, 18 Mei 2012 | 06.50


Plagiarisme dalam dunia pendidikan merupakan fenomena tersendiri yang mengundang tanya dan kecemasan. Pertanyaan mengacu pada keberadaan akademisi yang menghalalkan segala cara untuk meraih gelar akademis, termasuk menjiplak karya ilmiah. Kecemasan tentunya berakar pada rasa khawatir akan kerdilnya apresiasi pada pendidikan. Pendidikan bukan lagi dianggap entitas yang memanusiakan manusia melainkan batu loncatan untuk meraih gelar akademis dan kehormatan dalam dunia akademisi.
            Pelanggaran akademis (plagiarisme) yang dilakukan salah seorang guru besar salah satu universitas di Bandung boleh dikatakan puncak gunung es dari begitu banyak kasus dalam dunia pendidikan. Banyak pihak terkejut dan tak percaya. Namun realitas berkata demikian. Integritas yang terkikis karena kemuliaan semu membuat moral dan sense of belonging akademisi akan hakikat pengetahuan menjadi cerita sumbang yang tak lagi punya makna. Berburu gelar, jabatan, kehormatan dalam dunia akademis membuat orang lupa akan tujuan dasar pendidikan yakni memanusiakan manusia. Manusia yang bergerak dalam pendidikan bukanlah manusia yang berorientasi hasil tapi manusia yang mengedepankan proses. Dalam proses itu, nilai-nilai fundamental pendidikan menjadi pilar absolut yang menuntun dan membimbing manusia meraih tujuan pendidikan yang hakiki.
            Fenomena plagiarisme yang merebak tersebut merupakan akumulasi keinginan instan akademisi meraih kehormatan dalam dunia pendidikan. Budaya instan adalah gejala nyata dalam realitas dunia yang semakin maju. Keberadaan teknologi yang masif berkembang dalam masyarakat membuat kaum akademis terperangkap dalam sekat-sekat kemuliaan diri dengan memanfaatkan jasa teknologi secara tidak benar. Mentalitas instan yang didukung tawaran-tawaran menggiurkan dari teknologi membuat kaum akademis pun rela menanggalkan jubah integritas dan hakikat pendidikan.
            Tak bisa dinafikan bahwa mentalitas instan akademisi adalah cermin dari kerdilnya pemahaman akan pendidikan yang berorientasi proses. Meminjam istilah Koentjaraningrat, mentalitas instan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari budaya menerabas. Dalam budaya menerabas, segala cara dihalalkan demi mencapai hasil yang diinginkan. Keinginan untuk mencapai hasil dalam waktu yang singkat dengan menghalakan segala cara seringkali membuat akal sehat tak bisa bekerja secara optimal. Rasionalitas menjadi tumpul dan berganti ambisi meraih puncak tertinggi dan dihormati banyak orang. Rasionalitas yang seharusnya menjadi tameng untuk berdinamika dalam dunia pendidikan malah ditempatkan di urutan terakhir dari pencapaian akademis.
            Mentalitas instan, budaya menerabas, kerdilnya apresiasi pada pendidikan merupakan gejala laten yang harus diberantas demi perwujudan nilai-nilai dasar pendidikan yakni memanusiakan manusia. Integritas pribadi yang mulai luntur harus dibenahi dengan mengevaluasi sistem pendidikan yang diterapkan di tanah air ini. Sistem pendidikan yang merumuskan visi dan misi berdasarkan angka-angka statistik baku, berorientasi hasil, tidak punya jiwa, dan berujung pada komersialisasi pendidikan harus segera dibenahi. Pemangku kepentingan atau stakeholders di dunia pendidikan harus melihat gejala plagiarisme dalam dunia pendidikan sebagai masalah riskan yang butuh penanganan darurat.
            Pemerintah, akademisi, dan masyarakat harus bersama-sama mengawal proses pendidikan secara komprehensif. Dalam arti bahwa pendidikan yang mengedepankan proses bisa berjalan dengan baik bila didukung oleh elemen-elemen tersebut secara menyeluruh. Mentalitas instan dan budaya menerabas bisa diatasi dengan pengawalan ketat terhadap aturan-aturan yang menjadi konsensus bersama. Proporsionalitas antara kesepakatan yang dihasilkan di atas kertas dengan praktek di lapangan harus menjadi prioritas utama. Realitas menunjukkan bahwa seringkali aturan yang telah dibuat tidak diterapkan secara maksimal di lapangan. Para pemangku kepentingan sibuk dengan urusan masing-masing dan pendidikan atau lembaga pendidikan hanya dipandang sebagai agen pencetak tenaga-tenaga siap pakai. Dinamika yang berjalan dalam dunia pendidikan pun seringkali tidak sejalan dengan tujuan dasar pendidikan itu sendiri. Hasilnya adalah muncul budaya instan, budaya menerabas yang berujung pada plagiarisme yang menodai esensi pendidikan bangsa ini.
            Oleh karena itu, kerjasama pihak-pihak yang berkepentingan dalam dunia pendidikan sangat diharapkan demi mewujudkan pendidikan yang berkualitas, bermoral, dan bersandar pada jiwa pendidikan yang hakiki yakni memanusiakan manusia. Selain itu, penerapan budaya malu menjiplak karya orang lain atau plagiat harus diberikan kepada anak didik sejak usia dini sehingga peserta didik tahu dan sadar bahwa plagiarisme adalah tindakan yang tidak dibenarkan dalam dunia pendidikan. Penjelasan komprehensif mengenai plagiarisme harus mendapat tempat utama untuk mencegah munculnya akademisi-akademisi instan yang mengerdilkan bahkan meniadakan esensi pendidikan.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Aris Ceme Nuwa - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger