Pertemuan APEC yang berlangsung di Yokohama, Jepang, 13-14 November 2010 dengan
tema “Perubahan dan Aksi” menghasilkan keputusan yang cukup strategis. Salah
satu hasil pertemuan tersebut yakni disepakatinya upaya menyusun strategi
pertumbuhan pasca krisis dengan mengadopsi tiga pilar yang sebelumnya
dihasilkan dalam pertemuan negara-negara maju dan berkembang atau G-20 di
Seoul, Korea Selatan. Tiga pilar tersebut antara lain keseimbangan,
inklusivisme, dan keberlanjutan. Dalam pertemuan APEC, tiga pilar itu ditambah
dua menjadi lima pilar. Pilar tambahan itu yaitu mengarahkan inovasi dan
kondisi yang aman bagi kegiatan ekonomi.
Pertemuan APEC di
Yokohama, Jepang berlangsung dalam suasana pemulihan krisis ekonomi dunia dan
pelambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota. Dalam konteks ini,
negara-negara anggota APEC berupaya mendorong perjanjian perdagangan bebas dan
mengkaji kembali langkah-langkah proteksi selama krisis keuangan. Hal ini
berguna untuk membangun aktivitas ekonomi yang mendukung pemulihan krisis. Sebagai
forum kerjasama ekonomi, tentunya APEC menjadi oase yang menjadi titik tuju negara-negara
di kawasan dalam kerangka memperkuat basis perekonomiannya dan membangun
kawasan perdagangan bebas yang mampu diakses oleh semua negara anggota.
APEC merupakan salah satu forum kerjasama ekonomi regional yang cukup
penting di dunia. APEC mewakili sekitar 39 % penduduk dunia atau 2,6 milyar
penduduk yang tersebar di 21 ekonomi (Australia,
Brunei Darussalam, Kanada, Chile, China, Taiwan, Indonesia, Jepang, Korea,
Malaysia, Meksiko, New Zealand, Papua New Guinea, Peru, Filipina, Rusia,
Singapura, Hongkong, Thailand, Vietnam, dan Amerika Serikat) di kawasan Asia Pasifik. Sebagai suatu kerjasama
ekonomi, APEC perlu diperhitungkan mengingat GDP (Gross Domestic Product) kumulatif
forum tersebut yang mencapai 56 % dari GDP dunia dan total perdagangan di APEC
yang mencapai 48,3 % dari total perdagangan dunia. Salah satu peran penting
APEC adalah mendekatkan ekonomi maju dan berkembang karena komposisi
keanggotaannya yang unik yang merupakan gabungan antara negara maju dan
berkembang.
APEC telah menyelesaikan Trade
Facilitation Action Plan (TFAP) tahap pertama (2002-2006) di empat area
utama fasilitasi perdagangan, yaitu customs
procedure, business mobility, standards and conformance dan e-commerce.
Di bidang liberalisasi perdagangan dan investasi, APEC telah melakukan
serangkaian program dan kegiatan konkrit yang berhasil meningkatkan ekspor
kawasan sebesar 113 % untuk ekonomi berkembang atau 2,5 triliun dollar Amerika
dan mendorong pertumbuhan foreign direct
investment sebesar 475 % bagi ekonomi berkembang. Sejak dicanangkan,
terdapat lebih dari 1.400 inisiatif dan program fasilitasi perdagangan yang telah
dilaksanakan oleh APEC dalam kerangka fasilitasi perdagangan di keempat area
tersebut. Berdasarkan jumlah tersebut, 62 % telah berhasil diselesaikan, 24 %
masih dalam proses dan sekitar 14 % masih tertunda. Tingkat keberhasilan
pelaksanaan program di area customs
procedures merupakan yang tertinggi, yaitu 69 %, sementara business mobility, standards dan e-commerce
memiliki tingkat pencapaian masing-masing sebesar 60 %, 52 % dan 47 %.
Lantas,
bagaimana peran APEC bagi Indonesia ? Bagi Indonesia, APEC memiliki makna yang
sangat penting. Pada tahun 2006 total perdagangan Indonesia ke anggota APEC
berjumlah sekitar 98,34 milyar dollar
Amerika atau 66,78 % dari total perdagangan Indonesia. Selain itu, 47,25 %
persetujuan penanaman modal asing yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia
berasal dari investor di 16 ekonomi APEC.
Indonesia juga
memainkan peran yang sangat menentukan untuk merumuskan visi APEC. Indonesia
berperan aktif dalam mencetuskan Bogor
Goals, yaitu mewujudkan kawasan perdagangan dan investasi yang bebas dan
terbuka tahun 2010 untuk negara maju serta tahun 2020 untuk negara berkembang.
Pencapaian Bogor Goals didasarkan
pada tiga pilar yaitu liberalisasi perdagangan dan investasi, fasilitas
usaha, dan kerjasama ekonomi dan teknik. Anggota APEC saat ini
merepresentasikan sepertiga populasi dunia dan hampir 50 % kekuatan
perekonomian global. Dengan kata lain, potensi pasar global dan gravitasi
aktivitas ekonomi dunia berada di kawasan ini.
Ini adalah
peluang bagi Indonesia. Peran penting APEC dalam meningkatkan kerjasama
ekonomi di kawasan harus dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mengamankan
kepentingan nasional kita di era perdagangan bebas dan investasi yang semakin
bebas di Asia Pasifik. APEC bisa berperan sebagai tempat melibatkan komunitas
bisnis Indonesia dalam proses pengembangan kebijakan, sarana pengembangan
kapasitas melalui pemanfaatan proyek-proyek APEC, forum bertukar pengalaman
serta forum yang memungkinkan Indonesia untuk memproyeksikan
kepentingan-kepentingannya dan mengamankan posisinya dalam tata hubungan
ekonomi internasional yang bebas dan terbuka.
Ada
beberapa hal mendasar yang perlu diperhatikan berkaitan dengan eksistensi
APEC.
Pertama, gaung APEC mulai melemah ketika muncul begitu banyak perjanjian
perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik. Dalam konteks ASEAN, negara-negara
di Asia Tenggara termasuk Indonesia sepakat mempercepat ASEAN Economic Community 2015 meski sudah membentuk AFTA (ASEAN Free Trade Area) sejak 1992. Ketidakjelasan target
pencapaian membuat Indonesia sulit menentukan arah dalam pusaran liberalisasi
perdagangan dan investasi.
Kedua, trade facilitation dan capacity building dalam aktivitas APEC
sulit diukur manfaatnya. Hal ini berkaitan dengan kemudahan dalam mengakses
perekonomian yang belum merata kepada semua
negara anggota di kawasan.
Ketiga, kebijakan pemerintah berkaitan dengan liberalisasi perdagangan dan
investasi misalnya pembebasan bea masuk, penghapusan kuota, dan hambatan non
tarif lainnya harus jelas dan terarah sehingga tidak memarginalkan produk
dalam negeri. Produk unggulan dalam negeri tetap harus kita prioritaskan
sehingga tidak ada pendewaan yang berlebihan pada produk-produk asing. Forum
kerjasama APEC adalah ajang bagi kita untuk memperjuangkan kepentingan
nasional kita di mata internasional.
Keempat, kompetensi pihak yang ikut berunding dalam kerjasama APEC. Selama ini,
seringkali para perunding kita tidak didampingi oleh ahli-ahli yang kompeten
dalam bidangnya misalnya bidang jasa, industri, pertanian, dan ekonomi
regional. Hal ini membuat kita kalah
ketika bernegosiasi dengan negara-negara lain yang tentunya telah mempunyai
persiapan matang.
Kelima, Indonesia harus bisa memaksimalkan dukungan internasional bagi
kepentingan domestik dalam berbagai bidang seperti counter terrorism, anti
corruption, dan climate change.
Isu-isu non ekonomi ini yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada aktivitas ekonomi terutama pencapaian kesejahteraan
domestik.
|
|
Adagium think globally but act locally perlu
diubah menjadi think and act globally
and regionally dalam forum seperti APEC. APEC bisa menjadi potret
regionalisme sebagai alternatif dari unilateralisme dan multilateralisme.
Regionalisme mengandaikan adanya peran maksimal negara-negara di kawasan
tertentu dengan tujuan-tujuan tertentu. Lantas, di manakah posisi Indonesia ?
Indonesia
adalah negara yang besar dengan potensi ekonomi yang menjanjikan dan harus
muncul sebagai pemain bukan penonton dalam era perdagangan dan investasi. Di
satu sisi, APEC memberikan kontribusi yang memadai bagi perekonomian kita
terutama dalam konteks perdagangan bebas dengan negara-negara lain di
kawasan. Namun di sisi lain, perlu diingat bahwa berbagai policy atau kebijakan yang dibuat pemerintah
harus benar-benar mengakomodasi kepentingan masyarakat Indonesia terutama
kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah. Selama ini memang pemerintah telah
mencanangkan KUR (Kredit Usaha Rakyat) untuk membantu pengusaha-pengusaha
mikro, kecil, dan menengah yang kesulitan modal atau akses pasarnya tetapi
aktivitas ini tidak hanya berhenti pada target pencitraan diri pemerintah.
Perlu ada desain kebijakan yang jelas dan kontinyu. Pemerintah juga bisa
memanfaatkan forum APEC ini untuk mensosialisasikan produk unggulan Indonesia
yang mampu bersaing sekaligus mencari pasar strategis selain Eropa.
Sekali lagi,
Indonesia mempunyai potensi ekonomi yang dahsyat. Indonesia tidak bisa hanya
bertindak sebagai penonton yang baik dalam forum-forum kerjasama ekonomi seperti
APEC. Indonesia harus menjadi pemain yang mempunyai bargain position dalam menentukan hasil pertandingan. Dengan itu,
diharapkan APEC tetap relevan bagi Indonesia terutama dalam menjalankan
hubungan ekonomi yang dinamis dan saling menguntungkan dengan negara-negara
di kawasan Asia Pasifik. Pertanyaan sumbang mengenai peran APEC bisa jadi
akan menjadi cerita usang apabila
pemerintah benar-benar tampil sebagai pemain sesungguhnya dalam forum itu. Quo vadis Indonesia ?
|
|
Referensi
Kompas, 15 November 2010.
“Asia-Pacific Economic
Cooperation (APEC)” dalam http://www.deplu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&IDP=3&P=Regional&l=id,
diunduh 1 November 2010.
“APEC”
dalam http://ditjenkpi.depdag.go.id/website_kpi/files/content/4/apec20041030112922.pdf, diunduh 10 Oktober
2010.
“APEC Singapura: Ambisi Mewujudkan Perdagangan
Bebas dan Kepentingan Indonesia” dalam http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=907&type=6, diunduh 13 November 2010.
Dr. N. Hassan Wirajuda,
“Mendorong Fasilitasi Perdagangan dalam APEC,” dalam http://www.en.indonesia.nl/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=123,
diunduh 1 Desember 2010.
“Gambaran
Umum APEC” dalam http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Politik%20Luar%20Negeri/3)%20Keanggotaan%20Indonesia%20dalam%20Organisasi%20Internasional/5)%20APEC/APEC.pdf, diunduh 21 Oktober
2010.
Mudrajad
Kuncoro, “ANALISIS, APEC dan Kepentingan Indonesia” dalam http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/ekonomi--bisnis/analisis-apec-dan-kepentingan-indo.html, diunduh 20 November
2010.
“Negara
APEC Siap Wujudkan Perdagangan Bebas” dalam http://bisnis.vivanews.com/news/read/188678-negara-apec-siap-wujudkan-perdagangan-bebas, diunduh 12 Oktober
2010.
|
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !